BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada
umumnya ikan hiu merupakan sumber gizi bagi kehidupan manusia serta sebagai
sumber minyak dan protein. Pengolahan minyak ikan hiu serta tulang ikan hiu
menjadi salah satu peluang investasi dan penyerapan tenaga kerja bahkan mampu
meningkatkan devisa Negara. Selain itu, seiring dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat pada berbagai tingkat umur akan pentingnya kesehatan, meningkat pula
kebutuhan akan asupan nutrisi seperti vitamin, mineral, serat, dan asam lemak
sehingga pengembangan minyak serta tulang ikan hiu dapat memenuhi asupan
masyarakat terutama pada anak-anak. Minyak ikan sebagai solusi terhadap kurangnya
konsumsi ikan laut oleh masyarakat Indonesia sehingga pemanfaatan budidaya ikan
laut tidak hanya diekspor tetapi juga harus cukup dikonsumsi masyarakat
Indonesia guna memenuhi asupan gizi serta meningkatkan kecerdasan anak. Sama
halnya dengan tulang ikan hiu dianggap tidak berguna sama sekali namun ternyata
bisa diolah menjadi sebuah produk yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia
salah satunya pembuatan gelatin (Moeljanto, 1982).
1.2
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang
dibahas terkait dengan uraian di atas antara lain:
1. Bagaimana proses pengolahan minyak ikan hiu?
2. Bagaimana proses pengolahan tulang
ikan hiu menjadi gelatin?
1.3
Tujuan
Tujuan dari uraian di atas adalah:
1.
Mengetahui proses pengolahan minyak ikan hiu.
2. Mengetahui proses pengolahan tulang
ikan hiu menjadi gelatin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Hati
ikan Hiu
Ikan hiu merupakan sumber terbesar bahan baku pembuatan minyak ikan. Ikan hiu
dapat diklasifikasikan sebagai ikan berlemak walaupun kandungan lemaknya 0,3%.
Akan tetapi besar kandungan lemak ini tergantung pada jenisnya. Minyak hati
ikan hiu ini adalah salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak kaya
manfaat. Itu karena mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75% asam lemak
tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty
acid/PUFA) di dalamnya akan membantu proses tumbuh kembang otak (kecerdasan),
serta perkembangan indra penglihatan dan sistem kekebalan tubuh bayi dan
balita. Selain itu, minyak hati ikan hiu mengandung vitamin A dan D, dua jenis vitamin
yang larut dalam lemak dengan jumlah tinggi. Manfaat vitamin A yaitu membantu
proses perkembangan mata, sedangkan vitamin D untuk membantu proses pertumbuhan
dan pembentukan tulang yang kuat. Kadar vitamin ini dalam tubuh ikan akan
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Umumnya kadar vitamin A dalam
minyak ikan berkisar antara 1.000-1.000.000 SI (Standar Internasional) per
gram, sementara vitamin D sekitar 50-30.000 SI per gram (Moeljanto, 1982).
2.1.1 Proses Pembuatan Minyak Hati Ikan
Hiu
Minyak ikan diperoleh dengan cara
ekstraksi. Ekstraksi minyak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau
lemak dari bahan. Cara ekstraksi yang biasa dilakukan adalah metode Wet
Rendering yaitu proses yang umumnya digunakan untuk membuat tepung ikan. Tahap
proses ini meliputi kombinasi perebusan dan pengeringan dengan menggunakan uap
panas pada keadaan hampa. Pengadukan secara lambat dilakukan selama pengeringan
dan dilakukan pengepresan untuk memisahkan daging dan minyak ikan. Tahapan-tahapan
pemurnian minyak ikan, yaitu penyaringan, netralisasi, pemisahan sabun,
pemucatan dan deodorisasi.
Tujuan
dari pemurnian minyak ikan adalah untuk menghilangkan rasa dan bau yang tidak
enak, warna yang tidak menarik, dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum
dikonsumsi dan digunakan sebagai bahan mentah dalam industry. Kualitas minyak
ikan yang dihasilkan pada proses pemurnian tergantung pada cara penyimpanan dan
penanganan ikan sebelum dimurnikan.
Tahap
–tahap pemurnian minyak ikan hiu antara lain:
ü Penyaringan
tahap penyaringan, minyak ikan yang
diperoleh sebagai hasil damping pengolahan tepung ikan atau ikan kaleng
disaring terlebih dahulu dengan penyaring kawat untuk memisahkan
kotoran-kotoran visual seperti sisa daging dan gumpalan protein.
ü Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk
memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam
lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya. Faktor –faktor yang mempengaruhi
proses netralisasi adalah suhu, pengadukan dan pencucian.
ü Penyabunan
Penyabunan adalah asam lemak bersifat
tidak larut dalam air tetapi dapat terdispersi menjadi NaOH atau KOH encer yang
dapat mengubah asam lemak menjadi sabun. Minyak yang telah dinetralkan
dibiarkan beberapa saat supaya terjadi pemisahan sabun yang terbentuk. Lapisan
sabun berada pada lapisan bawah dan lapisan minyak pada bagian atas. Kemudian
sabun tersebut diambil. Untuk menghilangkan sabun-sabun yang masih tersisa,
pada minyak ikan ditambahkan air panas sambil diaduk dan kemudian dibiarkan
supaya terjadi pemisahan minyak dan air. Setelah itu air yang terpisah dibuang.
ü Pemucatan
Pemucatan ialah suatu proses pemurnian minyak
yang bertujuan untuk menghilangkan atau memucatkan warna yang tidak disukai dan
menghilangkan getah (gum) yang ada dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan
penambahan adsorben, umumnya dilakukan dalam ketele yang dilengkapi dengan pipa
uap dan alat penghampa udara. Faktor yang mempengaruhi pemucatan adalah suhu,
waktu, tekanan.
ü Deodorasi
Deodorisasi adalah suatu tahap
proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa yang
tidak enak dalam minyak. Prinsip proses deodorasi, yaitu penyulingan minyak
dengan uap panas. Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompa minyak ke
dalam ketelen deodorasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-2500C
sambil dialiri uap panas selama 4-6 jam
untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap. Setelah proses deodorisasi
selesai, minyak ikan kemudian didinginkan sehingga suhu menjadi kurang lebih 840C
dan selanjutnya minyak ikan dikeluarkan.
ü Hidrogenasi
Hidrogenasi
adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan hidrogen
pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi ketidakjenuhan
minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat plastis. Proses hidrogenasi
bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada
minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan hydrogen
murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator.
Nikel merupakan katalis yang sering
digunakan dalam proses hidrogenasi daripada katalis yang lain (palladium,
platina, copper chromite). Hal ini karena nikel lebih ekonomis dan lebih
efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung sejumlah kecil Al dan Cu
yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak
2.2 Pengolahan Tulang Ikan Hiu
Tulang ikan hiu yang termasuk jenis
tulang rawan mengandung kolagen, sehingga memungkinkan pemanfaatannya sebagai
bahan baku gelatin. Gelatin memiliki berbagai kegunaan antara lain sebagai
bahan pengental, stabilisator dan emulsifier. Pada 1996-an mulai diteliti pemanfaatan
tulang ikan hiu kearah pengobatan kanker dan tumor dengan ditemukannya
kandungan selenium, dalam tulang ikan
hiu yang meningkatkan nilai guna tulang ikan hiu.
Dalam
industri pangan, gelatin biasanya digunakan sebagai salah satu bahan baku
pembuatan permen, jeli dan es krim. Gelatin berfungsi sebagai pengental,
stabilisator dan emulsifier. Zat gelatin yang tanpa kita sadari selalu
dikonsumsi ini ternyata banyak sekali manfaatnya bagi tubuh kita diantaranya:
·
Gelatin
dapat bermanfaat untuk pertumbuhan otot dan metabolisme tubuh.
·
Gelatin
bisa menimbulkan rasa kenyang, sehingga bagus bagi anda yang sedang diet.
·
Gelatin
membantu menjaga keseimbangan tubuh.
·
Gelatin
yang mengandung protein kolagen tinggi, dapat membantu menjaga kulit anda agar
tetap halus dan lembut.
·
Gelatin
juga dapat memperkuat akar rambut sehingga rambut tampak sehat dan bercahaya.
·
Gelatin
sangat baik bagi perkembangan kuku anda, karena dapat memperkuat kuku sehingga
tidak mudah patah.
·
Gelatin
sangat baik untuk tulang anda, karena membantu menghasilkan zat glikoprotein
dan asam amino prolin.
2.2.1 Struktur kimia gelatin
Struktur gelatin terdiri atas rantai
asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Rantai asam amino dominan yang
terdapat dalam gelatin adalah glisyn (26-34%), prolin (10-18%) dan
hidroksiprolin (7-15%). Beberapa jenis asam amino lain terdapat pula dalam
gelatin, misalnya alanin (8-11%), arginin
(8-9%), asam aspartat (6-7%) dan asam glutamat (10-12%). Meskipun
demikian gelatin bukan merupakan protein yang lengkap. Hal ini karena gelatin
tidak mengandung asam amino triptofan dan hanya sedikit mengandung asam amino
isoleusin, treonin, metionin, sistein, dan sistin.
Berikut
ini adalah gambar Struktur Kimia Gelatin
2.2.2 Proses Pengolahan Tulang Ikan
Hiu Menjadi Bahan Gelatin
Adapun proses pembuatan gelatin dari
tulang ikan hiu adalah sebagai berikut:
Proses pembuatan gelatin dimulai dengan persiapan bahan baku dengan membersihkan tulang belakang ikan hiu dan dipotong dengan ukuran 1.5–2.0 cm. Potongan tulang hiu direndam dalam larutan HCl 4% selama 30 jam. Konsentrasi ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu pada konsentrasi 1-3% sedikit dihasilkan gelatin dan pada konsentrasi 5% berwarna hitam, sedangkan konsentrasi HCl lainnya menghasilkan gelatin berwarna lebih terang. Setelah 30 jam, tulang Hiu diangkat dan dicuci dengan air mengalir. Tulang hiu yang telah mengembang yang merupakan kolagen terhidrolisis diekstraksi dengan metode Marchaban (1992) yaitu Ekstraksi pada suhu 55-65°C selama 5 jam, Ekstraksi pada suhu 65-75°C selama 5 jam dan Ekstraksi pada suhu 75-85°C selama 5 jam. Hasil ekstraksi disaring dengan kain saring untuk mendapatkan filtrate yang kemudian dikeringkan pada suhu 30-60°C, kemudian digiling halus ( Winarno, 1995).
Proses pembuatan gelatin dimulai dengan persiapan bahan baku dengan membersihkan tulang belakang ikan hiu dan dipotong dengan ukuran 1.5–2.0 cm. Potongan tulang hiu direndam dalam larutan HCl 4% selama 30 jam. Konsentrasi ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu pada konsentrasi 1-3% sedikit dihasilkan gelatin dan pada konsentrasi 5% berwarna hitam, sedangkan konsentrasi HCl lainnya menghasilkan gelatin berwarna lebih terang. Setelah 30 jam, tulang Hiu diangkat dan dicuci dengan air mengalir. Tulang hiu yang telah mengembang yang merupakan kolagen terhidrolisis diekstraksi dengan metode Marchaban (1992) yaitu Ekstraksi pada suhu 55-65°C selama 5 jam, Ekstraksi pada suhu 65-75°C selama 5 jam dan Ekstraksi pada suhu 75-85°C selama 5 jam. Hasil ekstraksi disaring dengan kain saring untuk mendapatkan filtrate yang kemudian dikeringkan pada suhu 30-60°C, kemudian digiling halus ( Winarno, 1995).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa:
a.
Minyak hati ikan hiu diperoleh dengan
cara melakukan ekstraksi dan biasanya dilakukan dengan metode Wet Rendering.
b.
Gelatin merupakan suatu jenis protein
yang biasa diekstraksi dari jaringan kolagen ikan hiu dan mempunyai berat
molekul yang sangat tinggi berkisar 20.000 – 250.000.
3.2
SARAN
Dengan
penjelasan yang telah dipaparkan di atas, semoga bisa menjadi inspirasi bagi
kita semua dalam mengelola ikan hiu dan memanfaatkan semuanya tanpa membuang
beberapa bagian yang dianggap tidak perlu untuk dikonsumsi.
DAFTAR
PUSTAKA
Adi,
Moeljanto. 1982. Ekstraksi Minyak Hati
Ikan.
Jakarta: Gramedia.
Oktav,
Winarno.1995. Sifat Kimia Gelatin. Jakarta:
Gramedia.
BalasHapusMau tahu informasi 1001 manfaat dari minyak hati ikan hiu ? Selengkapnya cek disini manfaat minyak hati ikan hiu untuk kesehatan